SEKITAR tujuh bulan lagi, rakyat Jawa Barat akan larut dalam ingar-bingar Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar. Namun saat ini suasana politik Jabar sudah menghangat seiring geliat dan manuver sejumlah partai politik untuk memunculkan calon-calon gubernur dan wakil gubernur unggulan.
DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jabar memulai manuver dengan menggandeng PKPB. Koalisi ini untuk bertujuan untuk memenuhi persyaratan minimal 15 persen perolehan suara. Dengan koalisi ini, PKS bisa memunculkan calon gubernur dan wakil gubernur secara mandiri. Di kalangan internal, PKS tengah menggodok lima nama untuk diajukan sebagai calon.
Di lain pihak, DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Jabar dan DPD Partai Golkar membuka pendaftaran untuk menjaring calon gubernur dan wakil gubernur. Pendaftaran ini untuk menunjukkan bahwa parpol transparan menjaring pemimpin.
PAN memiliki sejumlah nama untuk diajukan sebagai jagoan. Ada Ahmad Adib Zain, Dede Yusuf, Danny Setiawan, dan Irianto “Yance’ Syafiudin. Sementara internal Golkar sejak awal sudah mengusung Danny Setiawan. Sementara untuk pasangannya, sejumlah pihak sudah menyiapkan Uu Rukmana, Ketua DPP Partai Golkar Jabar. Juga nama Yance kembali mencuat untuk dipasangkan dengan Danny.
Sedangkan PDIP, sejak awal juga konsisten mengusung Rudi Harsa Tanaya sebagai cagub atau cawagub. Namun belum terang benar, plot mana yang akan diambil Rudi. Apakah tampil sebagai calon gubernur atau hanya sebagai calon wakil gubernur.
Ini tentu terkait dengan “koalisi” di tingkat nasional. Partai Golkar dan PDIP sudah ikrar untuk jalan bersama menghadapi Pilkada di daerah-daerah. Hal itu yang ditunjukkan saat Pilkada DKI Jakarta dan Pilkada Kota Cimahi. Golkar dan PDIP bergabung bersama aliansi parpol kecil dan menang.
Langkah itu sudah diambil PDIP dengan menggandeng PKB dan 13 partai kecil untuk berkoalisi. Jika dengan koalisi ini PDIP berani memunculkan paket calon gubernur dan wagub sendiri, tentu medan pertempuran semakin ramai dan mengubah positioning. Karena hal itu berarti Rudi tinggal menunggu siapa yang akan dipasangkan dengannya.
Namun menilik apa yang dilakukan PBR, yang notabene anggota aliansi partai kecil dan berkoalisi dengan PDIP, yang justru menggandengan Danny Setiawan dan Rudi Harsa sebagai pasangan ideal, menunjukkan minat Rudi untuk dipasangkan dengan Danny dan menjaga eksistensi koalisi nasional masih kuat.
Sementara partai yang belum memutuskan untuk mendukung siapa, seperti PPP dan Partai Demokrat, walau tidak kentara, tentu sudah bergerak untuk mencari posisi yang menguntungkan.
Dari semua nama calon yang muncul, nama Danny Setiawan, tetap yang menjadi incaran nomor satu. Posisinya sebagai Gubernur Incumbent sangat strategis. Kalkulasinya, jika ingin memenangkan Pilgub, gandeng saja gubernur incumbent. Karena Danny memiliki akar jaringan yang kuat di masyarakat.
Jika Partai Golkar dan PDIP memunculkan calon dari kalangan internal sendiri, bakal terjadi perebutan suara yang sangat ketat. Hal itu berarti pula, pasangan cagub dan cawagub Jabar bisa lebih dari tiga. Satu dari Partai Golkar, satu dari koaliasi PDIP, PKB, dan aliansi parpol kecil, satu dari PPP dan Partai Demokrat atau PAN, dan satu lagi koalisi PKS dan PKPB.
Peta politik ini pasti terus bergerak seiring kian dekatnya hajatan besar demokrasi rakyat Jabar. Kita tinggal menunggu saja, berapa banyak partai yang berkoalisi dan siapa saja yang bakal manggung di Pilgub mendatang. (*)
Tribun, Jumat 14 September 2007